
By: Syaidatul Fitria Mauliani
Malam yang sengaja masuk menampar lidahku
Seketika kelu dan membisu
Seraya mencari celah agar kata tak lagi membungkam diam dalam kelam
Bersembunyi dibalik bibir sang penyair
Sedang aku masih sibuk menggambar garis senyummu di sajak ini
Dua minggu lalu aku mengenal namamu
Dengan tak sengaja di ruang pengap tanpa ada rayuan angin
“ Peramal “
Ya , aku menyapamu dengan sebutan itu
Entah apa yang mendasariku memanggilmu dengan nama itu
Akupun tak tahu
Sebab saat itu, kau mencoba menerawang jejak mataku
Kemana kakiku akan melangkah membawa sepotong matahari
Dan membaca gerak wajah di garis tanganku
Seolah kau peramal professional
Kau yang kukenal dua minggu lalu
Dengan aroma tubuh yang menggoda sekian cahaya
Bola mata yang menatap tajam
serta hidung sedikit mancung
dan gigi yang memilih berbaris rapi di mulutmu
itu lah kau , lelaki yang kukenal dua minggu lalu
seperti menemukan detik bernyanyi dalam waktu jerjaga sekian menit
saat kau melempar garis senyummu
di saat itu pula kau memilih matahari sebagai penjelmaanmu.