By:Syaidatul Fitria Malini
Suara itu,? Suara yang selalu membuatku tak mampu menahan air mata,Suara yang membuatku sakit hati,Suara yang membuatku berpikir dan bertanya ,Apakah wanita diciptakan hanya untuk disakiti?
Ibu menjerit kesakitan,Ibu menagis tak berdaya,tergulai lemas diatas teras kamarnya,cambukan yang terus diluncurkan Ayah ketubuh ibu ,membuatku lemah dan takut untuk bisa menolong ibu.Aku hanya bisa menangis ketakutan dalam kamarku,Hal ini selalu terjadi tiap malamnya ,anehnya lagi pertengkaran ibu dan Ayah selalu terjadi ketika anak dan tetangga tertidur lelap,terbuai dalam mimpi indahnya,Aku selalu terbangun oleh suara tangisan kesakitan ibu,tak mampu ku menolongnya.Aku bangkit dari kasur yang beralaskan tikar,Aku mencoba untuk mendekati tubuh ibu yang jaraknya cukup jauh dariku,ku berjalan perlahan,ibu terus saja menangis kesakitan,ibu melihat kedatangan ku,ibu mengangkat jari telunjuk dan mendekatkan kebibirnya,bahasa isyarat yang menunjukan bahwa aku harus diam,karena ayah sedang tidur setelah pertengkarannya.Kadang-kadang aku benci ibu yang tak bisa melawan,benci karena tak bisa melindungi dirinya dari cambuk yang diluncurkan Ayah ketubuhnya.Apakah ibu masih berpegang teguh pada hadist nabi yang”syurganya seorang istri ada pada suami”?Tapi,Apakah syurga ibu ada pada Ayah yang yang selalu menyakitinya?entah akupun tak tau apa yang ada dalam pikiran ibu,akupun tak tau mengapa sampai saat ini ibu belum mengajukan gugatan cerainya pada Ayah.Akupun beranjak pergi setelah ibu menyuruhku diam,meski hati tak rela meninggalkanya ,hati dan kakiku membawaku ke tempat wudhu,jam menunjukkan 02:20,Aku menggapai alat sholat yang digantung dibelakang pintu.Aku ingin mengadu kepada tuhan ,curhat kepada tuhan,semoga bisa menenagkan hati yang tak pernah tenang memikirkan keada’an ibu,selalu ibu,ibu,dan ibu yang kupikirkan,aku takut akan terjadi sesuatu padanya,dalam Do’aku ,”Tuhan tunjukan kaagunganmu padaku dan ibu,sadarkan ayah,berikan petunjukmu padanya,jadikan ia Ayah yang penyayang seperti dulu,pengasih seperti dulu,pengertian seperti dulu,bukan seperti sekarang yang hanya menjadikan ibu seperti budak yang tak berharga,ku yakin Tuhan,Engkau mendengarku,tersenyum padaku,Engkau mengabulkan sebait Do’a yang ku pinta,Amin……….amin………ya robbalalamin………
****
Terdengar sayup-sayup suara adzan subuh disurau tepi sungai,ku terbangun ,tanpa tersadari ternyata aku tertidur diatas sajadah lengkap dengan alat sholat yang masih melekat ditubuhku.Ku beranjak keluar untuk mengambil air wudhu,terlintas dibenakku ”Ibu”,”Apakah ibu masih menangis kesakitan?”,”Apakah ibu masih meratapi apa yang terjadi pada dirinya?”,ternyata ibu tertidur pulas seolah tak ada rasa sakit yang dirasakan.Aku kasihan pada ibu,betapa kejam perlakuan Ayah padanya.
Diotakku tersimpan sejuta tanya tentag Ayah dan ibu ,”Apa yang sebenarnya menjadi masalah diantara mereka?”,”Apa yang sebenarnya mereka hadapi?”,”Apakah mereka akan hidup seperti
Ini untuk selamanya?”,entahlah akupun tak tau,dan hingga sampai sa’at ini aku terus mencari jawaban dari dari pertanya’anku,kulangkahkan kakiku menuju tempat wudhu disamping kamar.
Ibu,kubasuh wajahku dengan air suci berharap otakku bisa sedikit segar.Kudirikan sholat subuh yang hanya dua raka’at ,ku panjatkan sebait Do’a yang biasa kupanjatkan kepada tuhan yang maha segalanya,Do’a yang mengharapkan ibu dan Ayah menjadi lebih baik,Do’a harapan semoga beasiswa yang kuajukan ke Universitas Gadjah Mada yogyakarta(UGM) bisa diterima ,itulah Do’aku kepada sang penguasa jagad raya,kuyakin dia mendengarkannya.
Kulepaskan alat sholat dan kugantung ditempat biasa dibelakang pintu kamarku,ku mendekati meja belajar dan duduk dikursi yang dibuat dari bambu dengan tujuan mengulangi pelajaran hari ini.Sebulan lagi aku akan Ujian Nasional berharap bisa lulus dengan nilai tertinggi,tekad dalam hatiku “Aku pasti bisa lulus dan diterima di Universitas yang aku inginkan dan yang paling ku inginkan dalam hidupku adalah melihat ibu tersenyum bangga melihatku menjadi yang terbaik”.
Tak terasa mentari sudah mulai memancarkan senyum manisnya kesudut-sudut dunia,kupersiapkan diri untuk berangkat kesekolah.Aku melihat ibu dengan wajah lebam dibagian pelipisnya”ya Tuhan ku tak sanggup melihatnya “,ku berjalan mendekatinya yang sedang duduk di kursi kayu diteras depan rumah,ku beranikan diri untuk bertanya”bu,apa yang sebenarnya terjadi antara ibu dan Ayah?”,Ku tatap wajahnya yang mengharapkan kebebasan itu,dia menatap kedua bola mataku ,kulihat butiran air membasahi pipi manisnya,dengan lembut ia menjawab pertanya’an yang kuajukan”ibu baik-baik saja nak,ibu tidak apa-apa”.Dalam hati ku bertanya “Ya Tuhan kau ciptakan malaikat tanpa rasa sakit ,Apakah ibu juga seorang malaikat yang tak punya rasa sakit?,ya Tuhan jika malaikat punya sayap?,ibu adalah malaikat tak bersayap yang kau ciptakan dan kau turunkan untukku,untuk memberikanku segudang semangat,sejuta inspirasi,dan beribu-ribu kasih sayang,meskipun ia belum pernah mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari seorang suami.
Masih saja ibu belum mampu menceritakannya padaku,aku takkan memaksanya sampai ia menceritakannya sendiri,karena ku tau betapa banyak beban masalah yang dihadapinya.Aku beranjak dari hadapan ibu dan berpamitan untuk pergi sekolah,kutelusuri jalan setapak ,langkah demi langkah yang di ciptakan kakiku mengantarku sampai kesekolah.
****
Tiga hari Ayah tak pulang,entah kemana Ayah pergi akupun tak tau,itu membuatku sedikit lebih lega dan takkan khawatir lagi pada keada’an ibu,ibu takkan lagi dipukul,ibu takkan lagi menagis,ibu takkan lagi kesakitan dan takkan merasakan semua itu untuk tiga hari ini,dalam hati ku berharap semoga selamanya ibu takkan lagi merasakan hal itu lagi.Aku tak menanyakan soal Ayah kenapa ia tak pulang-pulang pada ibu.
Pagi ini ibu kembali ke pasar setelah luka di wajahnya sedikit lebih baik,ibu menjual sayur-sayuran,itulah propesi ibu selama ini.Dari hasil berjualan, ibu membiayayai sekolahku,ku tahu pengorbanan ibu kepadaku begitu besar dari pada Ayah yang semestinya pencari nafkah sejati bagi keluarga tapi,itulah Ayah.Ibu berkerja keras demi kelangsungan hidupku,ku berjanji pada diriku sendiri ”Aku akan membuat ibu menangis karena bangga memilikiku,bukan menangis kesakitan,bukan pula tangisan kesedian tapi,tangisan kebangga’an yang ku berikan untuknya.Akan kubuktikan hal itu padanya.
Aku berpamitan pada ibu,ku bersimpuh dikaki indahnya,kaki yang tak pernah mengenal becek,panasnya jalan,teriknya mentari demi aku.Hari senin,tanggal 13 april,Jam menunjukkan 06:30,hari pertama Ujian Nasional untuk seluruh siswa SMA,MA,SMK dan Sederajat,kuyakin pasti bisa melewati hari-hari penentuan ini,karena aku sudah mempersiapkan hal itu sejak dulu,Motivasi utamaku adalah “ibu”.Aku selalu ingat janji yang ku tanamkan dalam hati”Aku yakin bisa membuat ibu tersnyum bangga,menangis bangga padaku”,dengan mendapat beasiswa dari Universitas yang ia inginkan,ibu ingin melihatku menggunakan almamater Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,mengenakan Toga kehormatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta jika aku lulus dari Universitas itu,akan ku wujudkan cita-cita ibu.
****
Ayah pulang setelah seminggu tak ada kabar,ya Tuhan,,, ibu akan menangis lagi,ibu akan kesakitan lagi,kekhwatiran yang begitu besar menghampirku,Alhamdulillah Ujian Nasionalku sudah selesai dan tidak terganggu dengan suara-suara Ayah yang membentak ibu.
Jauh-jauh hari sebelum Ayah pulang aku berpesan pada ibu,”ibu pasti bisa melawan dan berani menggugat cerai dari Ayah,kuberharap ibu dan Ayah berpisah karena ku tak sanggup melihat ibu di jadikan budak tak berarti,terus disakiti,dan menangis kesakitan.
Malam sudah larut,dan ternyata benar kejadian itu terulang lagi,ku terbangun,mengusap mata ku yang berat karena masih menginginkan tidur.Sayup-sayup terdengar suara ibu mengguat cerai setelah Ayah berbicara tentang sesuatu hal,aku tak tau hal itu,hanya mereka berdua yang tau.Aku bersyukur pada Tuhan,yang telah memberikan keberanian kepada ibu untuk melawan Ayah.
Di keheningan malam aku terbangun,aku berjalan melihat keada’an ibu,ia baik-baik saja,ia tertidur pulas dengan wajah penuh kebebasan.Kulangkahkan kakiku ketempat wudhu,malam ini aku akan besimpuh dihadapan Tuhan,melantunkan ba’it-ba’it Do’a dan berharap Tuhan mendengarkannya.
****
Fajar mulai memancarkan sinar kebahagia’an,Ayah sudah meninggalkan kami pagi-pagi buta karena sudah resmi bercerai dengan ibu,Ayah meninggalkan rumah karena memang rumah ini milik ibu seutuhnya,rumah peninggalan orang tua ibu.
Ibu merenung seorang diri dikamarnya,aku tak tau apa yang direnungkannya,”Apakah ibu menyesal atas keputusan bercerai dengan ayah?”,”Apakah ibu merenung bahagia karena telah bebas dari penjara penderita’an Ayah?”,entahlah,ibu memang penuh misteri,ku mendekati tubuhnya yang sudah mulai kurus,aku duduk di sampingnya,aku peluk tubunya yang dibalut baju warna abu,tubuh itu sudah tak berisi lagi,Tuhan,,,,,,,,,,ibu sudah mulai tua,”Akankah ia sanggup membiayai sekolahku lagi sampai sarjana?”,dan sekarang hidup tanpa adanya seorang Ayah,kami hidup berdua digubuk kecil yang bertembok bambu.Tuhan,,,,,tegarkan kami menghadapi kejamnya dunia ini,gumamku dalam hati.
Kuberanikan diri bertanya pada ibu,dengan pertanya’an yang sama seperti sebelumnya,berharap ibu memberikan jawabanya”Apa yang sebenarnya yang menjadi masalah terbesar dalam rumah tangganya?”,ibu akhirnya membuka mulut,”Apakah karena memang ibu tak sanggup menyimpan masalahnya selama ini sendiri?”.Ibu mulai bercerita dengan bibir bergetar,mata yang memancarkan sinar kini tergenangi air mata,ibu meneteskan butir-butir air yang menyentuh pipi lembutnya,ku tempelkan tanganku kepipinya untuk mengusap air matanya,Tuhan,,,,,,,,,,wajah ibu sudah mulai keriput,garis-garis kekeriputan yang dikeningnya sudah mulai tanpak.Ibu menceritakan masalah yang sebenarnya,dan ternyata ibu dan Ayah menikah tanpa ada landasan cinta,mereka berdua dijodokan,Ayah juga selalu pulang malam,dan yang paling mengejutkan batinku,dan mungkin yang paling menyakitkan hati ibu adalah Ayah ternyata,sudah punya istri selain dari ibu,inilah sebab dari pertengkaran ibu,inilah sebab perceraian ibu,inilah awal dari semua kesedihan yang ibu rasakan selama ini.Kupeluk erat tubuh ibu,aku merasakan kesedihan yang dirasakan ibu,aku merasakan sakit hati yang dirasakan ibu,tabahkan ibu ya Tuhan,tak sanggup mataku untuk tidak mengeluarkan butir-butir air mata kesedihan,betapa menderitanya ibu selama ini,menderita lahir dan menderita batin.
****
Waktu terus berlalu,jam berganti jam,menit berganti menit,detikpun berganti detik,hari-hari yang yang ku lalui bersama ibu kini terasa lebih indah setelah ibu dan Ayah sudah tak besama lagi,takkan ada lagi keributan yang akan membelah keheningan malam,takkan ada lagi tangisan kesedihan ibu,takkan ada lagi kesakitan yang dirasakan ibu,dan takkan ada pula bentakkan demi bentakkan.
Senin, 10 juni,hari penentu kelulusan untuk SMA,MA,SMK dan sederajat,semua orang tua diundang untuk menyaksikan hasil Ujian Nasional anaknya.tak henti-hentinya bibirku menyanyikan nyanyian tentang Do’a,Do’a yang mengaharapkan yang terbaik bagiku.Semua orang tua telah hadir di tenda kehormatan,mataku tak henti-hentinya mencari dimana ibu,sudut demi sudut tenda ku jajaki dengan mataku,telihat wanita yang tak asing lagi bagiku,wanita terindah yang pernaah ku miliki,wanita tertegar didunia,wanita yang kuumpamakan sebagai malaikat tak bersayap,itulah ibu.Ibu duduk dibarisan terakhir,senyum indah menghiasi bibirnya.Acara demi acara telah selesai,inilah sa’at yang sangat menegangkan bagiku bahkan bagi orang tua yang menghadiri acaara itu,kupalingkan wajahku,ku lihat ibu komat-kamit memanjatkan ba’it-ba’it Do’a kepada sang pengatur kehidupan manusia.
Acara pembaca’an nilai siswa yang mendapat nilai tertinggi,bibirku tak henti-hentinya berzidkir,menaggungkan sang pemelihara kehidupan,Tuhan,,,,tunjukkan keagungan-Mu.Sembilan siswa telah disebut namanya oleh sang moderator,namaku belum juga terucap oleh bibir sang moderator ”Apakah aku tidak termasuk 10 siswa berprestasi?”,”Akankah ibu akan menangis kecewa atau menangis bangga hari ini?”gumamku dalam hati,ku serahkan kepada tuhan yang berhak mengatur jalan hidupku.
Ibu masih menundukkan kepalanya,seraya ia berDo’a mengharapkan yang terbaik untukku,tak terduga nama yang kubanggakan itu dipanggil,nama pemberian orang tuaku,nama yang terindah yang kumiliki,Fatimah azzahra,itulah namaku,sujud syukurku kepada-Mu Tuhan aku menjadi yang terbaik,aku menjadi yang pertama,nilai tertinggi jatuh kepadaku,dan yang lebih membahagikanku dan membanggakanku,aku bisa masuk Universitas manapun yang aku mau,tapi ibu ingin melihatku masuk Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,karena ku yakin pilihan orang tualah yang terbaik,aku ingin membahagiakan ibu,beasiswa yang akan menanggung hidupku,takkan bergantung lagi pada ibu.Tuhan menjawb Do’aku selama ini,Disudut sana ibu menagis dan tersenyum bangga.
Aku akan membuat ibu bahagia untuk selamanya,aku ingin membalas pengorbanan ibu,aku akan membuatnya selalu tesenyum bangga,ku tau aku tak mampu membalas pengorbanannya walaupun dengan bumi dan isinya,dengan luasnya langit dan bintang-bintang indahnya,aku akan berusaha membuatnya bangga memilikiku.
Tuhan,,,,,,,,, syukur tak terhingga kuucapkan untukmu,yang telah menciptakan seorang wanita yang begitu berharga melebihi berjuta mutiara.Terima kasih kulantunkan untukmu yang telah mencitakan malaikat tak bersayap untukku yaitu Ibu.
Suara itu,? Suara yang selalu membuatku tak mampu menahan air mata,Suara yang membuatku sakit hati,Suara yang membuatku berpikir dan bertanya ,Apakah wanita diciptakan hanya untuk disakiti?
Ibu menjerit kesakitan,Ibu menagis tak berdaya,tergulai lemas diatas teras kamarnya,cambukan yang terus diluncurkan Ayah ketubuh ibu ,membuatku lemah dan takut untuk bisa menolong ibu.Aku hanya bisa menangis ketakutan dalam kamarku,Hal ini selalu terjadi tiap malamnya ,anehnya lagi pertengkaran ibu dan Ayah selalu terjadi ketika anak dan tetangga tertidur lelap,terbuai dalam mimpi indahnya,Aku selalu terbangun oleh suara tangisan kesakitan ibu,tak mampu ku menolongnya.Aku bangkit dari kasur yang beralaskan tikar,Aku mencoba untuk mendekati tubuh ibu yang jaraknya cukup jauh dariku,ku berjalan perlahan,ibu terus saja menangis kesakitan,ibu melihat kedatangan ku,ibu mengangkat jari telunjuk dan mendekatkan kebibirnya,bahasa isyarat yang menunjukan bahwa aku harus diam,karena ayah sedang tidur setelah pertengkarannya.Kadang-kadang aku benci ibu yang tak bisa melawan,benci karena tak bisa melindungi dirinya dari cambuk yang diluncurkan Ayah ketubuhnya.Apakah ibu masih berpegang teguh pada hadist nabi yang”syurganya seorang istri ada pada suami”?Tapi,Apakah syurga ibu ada pada Ayah yang yang selalu menyakitinya?entah akupun tak tau apa yang ada dalam pikiran ibu,akupun tak tau mengapa sampai saat ini ibu belum mengajukan gugatan cerainya pada Ayah.Akupun beranjak pergi setelah ibu menyuruhku diam,meski hati tak rela meninggalkanya ,hati dan kakiku membawaku ke tempat wudhu,jam menunjukkan 02:20,Aku menggapai alat sholat yang digantung dibelakang pintu.Aku ingin mengadu kepada tuhan ,curhat kepada tuhan,semoga bisa menenagkan hati yang tak pernah tenang memikirkan keada’an ibu,selalu ibu,ibu,dan ibu yang kupikirkan,aku takut akan terjadi sesuatu padanya,dalam Do’aku ,”Tuhan tunjukan kaagunganmu padaku dan ibu,sadarkan ayah,berikan petunjukmu padanya,jadikan ia Ayah yang penyayang seperti dulu,pengasih seperti dulu,pengertian seperti dulu,bukan seperti sekarang yang hanya menjadikan ibu seperti budak yang tak berharga,ku yakin Tuhan,Engkau mendengarku,tersenyum padaku,Engkau mengabulkan sebait Do’a yang ku pinta,Amin……….amin………ya robbalalamin………
****
Terdengar sayup-sayup suara adzan subuh disurau tepi sungai,ku terbangun ,tanpa tersadari ternyata aku tertidur diatas sajadah lengkap dengan alat sholat yang masih melekat ditubuhku.Ku beranjak keluar untuk mengambil air wudhu,terlintas dibenakku ”Ibu”,”Apakah ibu masih menangis kesakitan?”,”Apakah ibu masih meratapi apa yang terjadi pada dirinya?”,ternyata ibu tertidur pulas seolah tak ada rasa sakit yang dirasakan.Aku kasihan pada ibu,betapa kejam perlakuan Ayah padanya.
Diotakku tersimpan sejuta tanya tentag Ayah dan ibu ,”Apa yang sebenarnya menjadi masalah diantara mereka?”,”Apa yang sebenarnya mereka hadapi?”,”Apakah mereka akan hidup seperti
Ini untuk selamanya?”,entahlah akupun tak tau,dan hingga sampai sa’at ini aku terus mencari jawaban dari dari pertanya’anku,kulangkahkan kakiku menuju tempat wudhu disamping kamar.
Ibu,kubasuh wajahku dengan air suci berharap otakku bisa sedikit segar.Kudirikan sholat subuh yang hanya dua raka’at ,ku panjatkan sebait Do’a yang biasa kupanjatkan kepada tuhan yang maha segalanya,Do’a yang mengharapkan ibu dan Ayah menjadi lebih baik,Do’a harapan semoga beasiswa yang kuajukan ke Universitas Gadjah Mada yogyakarta(UGM) bisa diterima ,itulah Do’aku kepada sang penguasa jagad raya,kuyakin dia mendengarkannya.
Kulepaskan alat sholat dan kugantung ditempat biasa dibelakang pintu kamarku,ku mendekati meja belajar dan duduk dikursi yang dibuat dari bambu dengan tujuan mengulangi pelajaran hari ini.Sebulan lagi aku akan Ujian Nasional berharap bisa lulus dengan nilai tertinggi,tekad dalam hatiku “Aku pasti bisa lulus dan diterima di Universitas yang aku inginkan dan yang paling ku inginkan dalam hidupku adalah melihat ibu tersenyum bangga melihatku menjadi yang terbaik”.
Tak terasa mentari sudah mulai memancarkan senyum manisnya kesudut-sudut dunia,kupersiapkan diri untuk berangkat kesekolah.Aku melihat ibu dengan wajah lebam dibagian pelipisnya”ya Tuhan ku tak sanggup melihatnya “,ku berjalan mendekatinya yang sedang duduk di kursi kayu diteras depan rumah,ku beranikan diri untuk bertanya”bu,apa yang sebenarnya terjadi antara ibu dan Ayah?”,Ku tatap wajahnya yang mengharapkan kebebasan itu,dia menatap kedua bola mataku ,kulihat butiran air membasahi pipi manisnya,dengan lembut ia menjawab pertanya’an yang kuajukan”ibu baik-baik saja nak,ibu tidak apa-apa”.Dalam hati ku bertanya “Ya Tuhan kau ciptakan malaikat tanpa rasa sakit ,Apakah ibu juga seorang malaikat yang tak punya rasa sakit?,ya Tuhan jika malaikat punya sayap?,ibu adalah malaikat tak bersayap yang kau ciptakan dan kau turunkan untukku,untuk memberikanku segudang semangat,sejuta inspirasi,dan beribu-ribu kasih sayang,meskipun ia belum pernah mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari seorang suami.
Masih saja ibu belum mampu menceritakannya padaku,aku takkan memaksanya sampai ia menceritakannya sendiri,karena ku tau betapa banyak beban masalah yang dihadapinya.Aku beranjak dari hadapan ibu dan berpamitan untuk pergi sekolah,kutelusuri jalan setapak ,langkah demi langkah yang di ciptakan kakiku mengantarku sampai kesekolah.
****
Tiga hari Ayah tak pulang,entah kemana Ayah pergi akupun tak tau,itu membuatku sedikit lebih lega dan takkan khawatir lagi pada keada’an ibu,ibu takkan lagi dipukul,ibu takkan lagi menagis,ibu takkan lagi kesakitan dan takkan merasakan semua itu untuk tiga hari ini,dalam hati ku berharap semoga selamanya ibu takkan lagi merasakan hal itu lagi.Aku tak menanyakan soal Ayah kenapa ia tak pulang-pulang pada ibu.
Pagi ini ibu kembali ke pasar setelah luka di wajahnya sedikit lebih baik,ibu menjual sayur-sayuran,itulah propesi ibu selama ini.Dari hasil berjualan, ibu membiayayai sekolahku,ku tahu pengorbanan ibu kepadaku begitu besar dari pada Ayah yang semestinya pencari nafkah sejati bagi keluarga tapi,itulah Ayah.Ibu berkerja keras demi kelangsungan hidupku,ku berjanji pada diriku sendiri ”Aku akan membuat ibu menangis karena bangga memilikiku,bukan menangis kesakitan,bukan pula tangisan kesedian tapi,tangisan kebangga’an yang ku berikan untuknya.Akan kubuktikan hal itu padanya.
Aku berpamitan pada ibu,ku bersimpuh dikaki indahnya,kaki yang tak pernah mengenal becek,panasnya jalan,teriknya mentari demi aku.Hari senin,tanggal 13 april,Jam menunjukkan 06:30,hari pertama Ujian Nasional untuk seluruh siswa SMA,MA,SMK dan Sederajat,kuyakin pasti bisa melewati hari-hari penentuan ini,karena aku sudah mempersiapkan hal itu sejak dulu,Motivasi utamaku adalah “ibu”.Aku selalu ingat janji yang ku tanamkan dalam hati”Aku yakin bisa membuat ibu tersnyum bangga,menangis bangga padaku”,dengan mendapat beasiswa dari Universitas yang ia inginkan,ibu ingin melihatku menggunakan almamater Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,mengenakan Toga kehormatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta jika aku lulus dari Universitas itu,akan ku wujudkan cita-cita ibu.
****
Ayah pulang setelah seminggu tak ada kabar,ya Tuhan,,, ibu akan menangis lagi,ibu akan kesakitan lagi,kekhwatiran yang begitu besar menghampirku,Alhamdulillah Ujian Nasionalku sudah selesai dan tidak terganggu dengan suara-suara Ayah yang membentak ibu.
Jauh-jauh hari sebelum Ayah pulang aku berpesan pada ibu,”ibu pasti bisa melawan dan berani menggugat cerai dari Ayah,kuberharap ibu dan Ayah berpisah karena ku tak sanggup melihat ibu di jadikan budak tak berarti,terus disakiti,dan menangis kesakitan.
Malam sudah larut,dan ternyata benar kejadian itu terulang lagi,ku terbangun,mengusap mata ku yang berat karena masih menginginkan tidur.Sayup-sayup terdengar suara ibu mengguat cerai setelah Ayah berbicara tentang sesuatu hal,aku tak tau hal itu,hanya mereka berdua yang tau.Aku bersyukur pada Tuhan,yang telah memberikan keberanian kepada ibu untuk melawan Ayah.
Di keheningan malam aku terbangun,aku berjalan melihat keada’an ibu,ia baik-baik saja,ia tertidur pulas dengan wajah penuh kebebasan.Kulangkahkan kakiku ketempat wudhu,malam ini aku akan besimpuh dihadapan Tuhan,melantunkan ba’it-ba’it Do’a dan berharap Tuhan mendengarkannya.
****
Fajar mulai memancarkan sinar kebahagia’an,Ayah sudah meninggalkan kami pagi-pagi buta karena sudah resmi bercerai dengan ibu,Ayah meninggalkan rumah karena memang rumah ini milik ibu seutuhnya,rumah peninggalan orang tua ibu.
Ibu merenung seorang diri dikamarnya,aku tak tau apa yang direnungkannya,”Apakah ibu menyesal atas keputusan bercerai dengan ayah?”,”Apakah ibu merenung bahagia karena telah bebas dari penjara penderita’an Ayah?”,entahlah,ibu memang penuh misteri,ku mendekati tubuhnya yang sudah mulai kurus,aku duduk di sampingnya,aku peluk tubunya yang dibalut baju warna abu,tubuh itu sudah tak berisi lagi,Tuhan,,,,,,,,,,ibu sudah mulai tua,”Akankah ia sanggup membiayai sekolahku lagi sampai sarjana?”,dan sekarang hidup tanpa adanya seorang Ayah,kami hidup berdua digubuk kecil yang bertembok bambu.Tuhan,,,,,tegarkan kami menghadapi kejamnya dunia ini,gumamku dalam hati.
Kuberanikan diri bertanya pada ibu,dengan pertanya’an yang sama seperti sebelumnya,berharap ibu memberikan jawabanya”Apa yang sebenarnya yang menjadi masalah terbesar dalam rumah tangganya?”,ibu akhirnya membuka mulut,”Apakah karena memang ibu tak sanggup menyimpan masalahnya selama ini sendiri?”.Ibu mulai bercerita dengan bibir bergetar,mata yang memancarkan sinar kini tergenangi air mata,ibu meneteskan butir-butir air yang menyentuh pipi lembutnya,ku tempelkan tanganku kepipinya untuk mengusap air matanya,Tuhan,,,,,,,,,,wajah ibu sudah mulai keriput,garis-garis kekeriputan yang dikeningnya sudah mulai tanpak.Ibu menceritakan masalah yang sebenarnya,dan ternyata ibu dan Ayah menikah tanpa ada landasan cinta,mereka berdua dijodokan,Ayah juga selalu pulang malam,dan yang paling mengejutkan batinku,dan mungkin yang paling menyakitkan hati ibu adalah Ayah ternyata,sudah punya istri selain dari ibu,inilah sebab dari pertengkaran ibu,inilah sebab perceraian ibu,inilah awal dari semua kesedihan yang ibu rasakan selama ini.Kupeluk erat tubuh ibu,aku merasakan kesedihan yang dirasakan ibu,aku merasakan sakit hati yang dirasakan ibu,tabahkan ibu ya Tuhan,tak sanggup mataku untuk tidak mengeluarkan butir-butir air mata kesedihan,betapa menderitanya ibu selama ini,menderita lahir dan menderita batin.
****
Waktu terus berlalu,jam berganti jam,menit berganti menit,detikpun berganti detik,hari-hari yang yang ku lalui bersama ibu kini terasa lebih indah setelah ibu dan Ayah sudah tak besama lagi,takkan ada lagi keributan yang akan membelah keheningan malam,takkan ada lagi tangisan kesedihan ibu,takkan ada lagi kesakitan yang dirasakan ibu,dan takkan ada pula bentakkan demi bentakkan.
Senin, 10 juni,hari penentu kelulusan untuk SMA,MA,SMK dan sederajat,semua orang tua diundang untuk menyaksikan hasil Ujian Nasional anaknya.tak henti-hentinya bibirku menyanyikan nyanyian tentang Do’a,Do’a yang mengaharapkan yang terbaik bagiku.Semua orang tua telah hadir di tenda kehormatan,mataku tak henti-hentinya mencari dimana ibu,sudut demi sudut tenda ku jajaki dengan mataku,telihat wanita yang tak asing lagi bagiku,wanita terindah yang pernaah ku miliki,wanita tertegar didunia,wanita yang kuumpamakan sebagai malaikat tak bersayap,itulah ibu.Ibu duduk dibarisan terakhir,senyum indah menghiasi bibirnya.Acara demi acara telah selesai,inilah sa’at yang sangat menegangkan bagiku bahkan bagi orang tua yang menghadiri acaara itu,kupalingkan wajahku,ku lihat ibu komat-kamit memanjatkan ba’it-ba’it Do’a kepada sang pengatur kehidupan manusia.
Acara pembaca’an nilai siswa yang mendapat nilai tertinggi,bibirku tak henti-hentinya berzidkir,menaggungkan sang pemelihara kehidupan,Tuhan,,,,tunjukkan keagungan-Mu.Sembilan siswa telah disebut namanya oleh sang moderator,namaku belum juga terucap oleh bibir sang moderator ”Apakah aku tidak termasuk 10 siswa berprestasi?”,”Akankah ibu akan menangis kecewa atau menangis bangga hari ini?”gumamku dalam hati,ku serahkan kepada tuhan yang berhak mengatur jalan hidupku.
Ibu masih menundukkan kepalanya,seraya ia berDo’a mengharapkan yang terbaik untukku,tak terduga nama yang kubanggakan itu dipanggil,nama pemberian orang tuaku,nama yang terindah yang kumiliki,Fatimah azzahra,itulah namaku,sujud syukurku kepada-Mu Tuhan aku menjadi yang terbaik,aku menjadi yang pertama,nilai tertinggi jatuh kepadaku,dan yang lebih membahagikanku dan membanggakanku,aku bisa masuk Universitas manapun yang aku mau,tapi ibu ingin melihatku masuk Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,karena ku yakin pilihan orang tualah yang terbaik,aku ingin membahagiakan ibu,beasiswa yang akan menanggung hidupku,takkan bergantung lagi pada ibu.Tuhan menjawb Do’aku selama ini,Disudut sana ibu menagis dan tersenyum bangga.
Aku akan membuat ibu bahagia untuk selamanya,aku ingin membalas pengorbanan ibu,aku akan membuatnya selalu tesenyum bangga,ku tau aku tak mampu membalas pengorbanannya walaupun dengan bumi dan isinya,dengan luasnya langit dan bintang-bintang indahnya,aku akan berusaha membuatnya bangga memilikiku.
Tuhan,,,,,,,,, syukur tak terhingga kuucapkan untukmu,yang telah menciptakan seorang wanita yang begitu berharga melebihi berjuta mutiara.Terima kasih kulantunkan untukmu yang telah mencitakan malaikat tak bersayap untukku yaitu Ibu.