logo universitas hamzanwadi
Selamat Datang Di Blog Prodi PBSI
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog PBSI UNIVERSITAS HAMZANWADI,
semoga informasi yang ada di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi bagi mahasiswa
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk agama, nusa dan bangsa.

CERPEN-KUTUKAN SI CULUN

By: Mutmainnah
kutukan si culun    Pinky Gank, yang terdiri dari kumpulan cewek-cewek paling populer di sekolah itu langsung serentak tertawa lebar ketika sebuah tamparan mendarat sadis di pipi Marko, si kutu buku yang ngefans banget sama Martha, ketua dari pinky gank sekaligus anak dari pemilik sekolah. Beberapa siswa yang  kebetulan lewat disana hanya melengos sesaat, geleng-geleng kepala dan berlalu meninggalkan Marko yang tersungkur di lantai.
    Mereka bukannya tidak perduli akan nasip yang menimpa Marko terlebih lagi Marko selalu membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tapi apalah daya kekuatan tak sampai bukan karena harus menghadapi orang yang mempunyai kekuatan seperti Wonder Woman tapi lebih parah karena harus menghadapi sekumpulan monster cantik yang siap membuat hari-hari di sekolah seperti di dalam kubur yang penuh dengah siksa jika bermasalah dengan mereka, anak-anak Pinky gank.
    Mereka selalu menjadikan diri mereka pusat perhatian di kalangan para siswa yang lain.  Setiap hari ada saja ulah mereka yang kadang-kadang membuat orang menjadi bertanya-tanya. Apa mereka itu lagi stress atau mungkin  tidak punya otak untuk berpikir. Mereka selalu bertindak sesuka hati tanpa memerhatikan apa yang terjadi disekelilingnya. Tak terhitung masalah yang mereka buat mulai dari menggangu siswa lain  sampai iseng terhadap guru. Bahkan pada tahun lalu ada yang sampai berhenti jadi ketua OSIS karena tak tahan dengan hinaan mereka. Sani, Si cewek yang  mungkin bertubuh paling subur itu sedang menjabat sebagai ketua OSIS. Setiap hari selalu mendapat jatah sarapan pagi dari mereka berupa hinaan. Celaan, cacian dan keusilan mereka. Sani yang jumbo selalu disamakan dengan gajah bengkak yang ada di kebun binatang dan mereka selalu menganggap Sani tidak pantas menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah ini karena akan menjatuhkan, mencemarkan  harkat, derajat dan martabat cewek-cewek cantik dan langsing yang tergabung dalam OSIS. Tak hanya dengan mempermalukan Sani dengan hinaan tetapi mereka juga telah beberapa kali mengerjai sani dengan memasukkan kecoa dan cecak ke dalam tasnya ketika Sani sedang ke kantin. Karena tidak tahan dengan derita yang dialami sanipun memutuskan untuk mengakhiri jabatannya sebagai ketua OSIS untuk selama-lamanya. Kalau di pikir-pikir tak ada keuntungan khusus bagi mereka menyingkirkan sani   tapi itulah mereka selalu mencari kesenangan dan keseruan hidup di atas penderitaan orang lain. Bahkan yang lebih gila lagi mereka pernah ke sekolah dengan membawa pegawai salon langganan mereka, tak ketinggalan alat make-up mereka yang banyaknya mengalahkan tumpukan buku siswa satu kelas.
    “kamu pikir ini  salon..? ini sekolah tempat orang belajar, untuk mengasah otak kalian yang tumpul karena kebanyakan pergi ke salon” teriak bu Lastri marah dengan muka merah padam menyala.
    Namun apalah daya seorang guru biasa yang terlahir dari keluarga sederhana. Tidak mampu berbuat apa-apa ketika kenyataan yang ia hadapi harus di keluarkan dari sekolah dengan tuduhan telah menggelapkan uang sekolah. Sebagian guru tahu kalau bu lastri tidak mungkin melakukan hal serendah itu. Ia pasti di jebak oleh pak Ridho, kepala sekolah yang sekaligus menjadi boneka dari para Pinky gank.
    Dan sekarang Martha, si cewek yang  aktif menjadi model video klip dari beberapa band terkenal di tanah air ini kembali memimpin keributan seperti biasa di lorong kelas. Tiada ada hari tanpa sensasi, itulah motto mereka. Dan kali ini yang menjadi objeknya adalah Marko sang pahlawan PR mereka.
    “ culun…culun… katanya pintar, ngerjain tugas kayak begini saja kok bisa salah sih..!” teriak Martha kasar
    “ma…ma… maafkan saya… tapi Tha, salahnya kan Cuma satu, itupun karena saya salah lihat angkanya” jawab Marko memberanikan diri.
    “ makanya mata jangan taruh di dengkul, jangan-jangan kamu sudah katarak ya sama seperti bapak kamu!!”
    “ hua… ha… ha.. ha..”
    Tawa yang berirama campur sari kembali berkumandang dari pingky gank  sedangkan Marko yang mendengar dengan jelas kata-kata dari Martha terhenyak sesaat. Namun, cepat-cepat menundukkan  kepalanya lagi. Kata-kata dari Martha sudah jelas membuat telinganya panas, mata yang dirasanya sangat perih karena begitu keras menahan air mata  yang ingin menerobos keluar. Mendengar kata-kata yang ditujukan untuk Ayahnya membuat cinta yag selama ini di pendam dalam hati untuk Martha terkikis sudah, pergi berlalu meninggalkan hatinya, yang tinggal hanya benci yang kian menggebu. Ingin rasanya ia menampar wajah Martha dan teman-temannya satu persatu, membungkusnya dalam kardus kemudian membuangnya ke tengah laut  yang penuh dengan ikan buas yang siap memangsanya  sampai tak tersisa batang hidungnya. Namun, apalah daya tangan tak sampai. Siapa sih orang yang ingin mencari masalah dalam hidupnya? Siapa sih yang mau berurusan dengan gank penguasa di sekolah ini. Kalau ditanggapi mereka akan lebih gila lagi dan jalan aman satu-satunya adalah dengan berdiam diri sambil menahan rasa yang terus mengeras menyayat hati.
    “ teman-teman….kira-kira hukuman apa ya yang pantas untuk si culun ini?”teriak Martha dengan keangkuhannya dan tanpa menunggu waktu yang lama. Serempak teman-temannya meneriakkan
    “ bakar..! Bakar..! bakar..!
    Mendengar kata “ bakar” Marko langsung merinding. Memangnya mereka pikir saya ini jagung  apa? Main bakar-bakar saja. Mereka pikir ini masih  di zaman para nabi? Kenapa mereka kejam sekali. Mungkin saja mereka adalah keturunan dari raja Namrud yang ingin membakar Nabi lbrahim atau mungkin mereka adalah jelmaan para syetan. Dengan sejuta imajinasi mengerikan yang mungkin akan dialaminya  Marko bergegas berlari menuju ke kelasnya. Namun, bugggh… kakinya tersandung kaki Martha yang sengaja dibentangkan untuk  menyandung kaki Marko. Markopun tak sanggup menjaga keseimbangan tubuhnya dan langsung mendarat tak sempurna di lantai dengan posisi kaki di atas dan muka mencium lantai. Sungguh suatu pemandangan yang membuat anggota gank pinky tertawa keras bahkan ada yang sampai mengeluarkan air mata. Ya, air mata kebahagiaan untuk kesedihan yang dialami marko.
     “ ini tak bisa di biarkan, aku harus melakukan sesuatu.” Bathin Marko bergumam penuh dendam.
                        . . .
    Hari yang cerah untuk hati yang sesak akan benci dan dendam dari seorang Marko Handiman. Dengan rencana matang yang telah telah mengeram di dalam otaknya. Rencana yang akan membuat pinky gank mati gaya. Dengan tekad yang bulat ditambah semangat 45 yang telah membakar jiwanya. Marko bertekad membalas sakit hatinya.
    “sebentar lagi pinky Gank….kalian akan merasakan apa yang aku rasakan. Ayo marko kamu pasti bisa, kamu kan anak yang cerdas” bathin Marko memberi semangat untuk dirinya sendiri.
    Marko berjalan gontai di lorong sekolahnya, senyum yang selama ini sembunyi dibalik ketakutannya keluar dengan merekah seakan menyambut dunia baru yang tak pernah ada sebelumnya. Rambutnya yang licin karena kebanyakan minyak rambut itu terlihat enggan meladeni angin sepoi yang sedari tadi mengajaknya bergoyang dengan iringan lagu dangdut yang terdengar sayup-sayup dari toko kaset  yang ada di depan sekolahnya“ dasar kau keong racun....baru kenal, ehh...ngajak lembur...ngomong gak sopan santun...kau anggap aku ayam kampung....
    Suasana kelas aman terkendali.  Tak terjadi keributan seperti biasa mungkin karena sebentar lagi pak Nugroho, guru yang paling killer akan masuk. Ada yang membaca materi yang disampaikan minggu lalu, ada yang mengajar teman yang tidak mengerti akan materi yang disampaikan pak Nugroho minggu yang lalu. Tapi lain dengan Pinky Gank, mereka tidak belajar tapi sedang mengurus kuku-kuku mereka yang biaya perawatannya melebihi gaji pegawai negeri selama sebulan. (Itu sih kata mereka. Bener apa nggak mereka sendiri yang tahu).
    Tiba-tiba pintu kelas terbuka diikuti kemunculan wajah pak Nugroho yang membawa bibir tipisnya yang jarang tersenyum. Kata-katanya yang berat dan terdengar berwibawa merupakan satu-satunya suara yang paling menakutkan bagi Pinky Gank karena pak Nugroho tidak berpihak pada mereka dan tidak kompromi jika hasil ulangan yang didapat siswa tidak memuaskan. Pak Nugroho selalu memandang semua siswa sama tanpa harus membedakan status mereka tidak seperti kebanyakan guru lainnya.
    “pagi anak-anak..”
    “pagi pakkk…”
    “sekarang kalian keluarkan lembaran, buku yang lain dimasukkan. Kalian ulangan”
    “tapi pak….”
    “kalian boleh keluar jika tidak ingin dapat nilai” ujar pak Nugroho tegas.
     Sebenarnya mereka tidak kaget dengan ulangan tiba-tiba seperti ini karena ini bukan pertama kainya pak Nugroho mengadakan ulangan tanpa harus memberitahukan siswa terlebih dahulu. Sedangkan marko yang sudah mengantisipasi keadaan seperti ini hanya senyum-senyum saja. dengan kecemerlangan otak yang ia miliki dan hobinya yang suka membaca ditambah lagi ia selalu rajin mengulang pelajaran yang diberikan guru. Jadi, ulangan tiba-tiba tidak akan membuatnya gusar malah hal seperti ini selalu mendatangkan kebahagiaan untuknya. Tapi yang lebih membuatnya bahagia adalah  sebuah rencana yang sudah terpatri di dalam otakya. Rencana yang akan dijalankannya hari ini, rencana yang akan membuat Pinky Gank mati gaya, mati kutu dan mati mengenaskan berkali-kali sebelum merasakan mati yang sesungguhnya.
    Soal-soal telah dibagikan dan tidak membutuhkan waktu yang lama Marko membabat habis soal yang diberikan pak Nugroho tidak seperti teman-temannya yang lain yang sedang kewalahan menghadapi soal yang terasa begitu sulit. Bahkan Lala, anggota dari Pinky gank hanya lirik sana-sini saja dengan harapan ada jawaban yang mau menghampiri kertas jawabannya. Lain lagi Martha, seperti biasa ia menunggu jawaban dari marko. ia hanya duduk tenang sambil memperhatikan Marko yang terlihat cuek bebek padanya. Seperti ulangan-ulangan sebelumnya Martha tak pernah gusar dengan soal-soal yang diberikan pak Nugroho karena ia selalu bisa mengisi kertas jawabannya dengan benar tanpa ada kesalahan satupun yang tentunya jawaban itu berasal dari dari Marko.
    Marko yang sedari tadi tahu diperhatikan Martha pura-pura sibuk dengan melihat kembali jawabannya. Kata-kata Martha yang dari tadi memanggilnya tak sedikitpun dihiraukannya meskipun ia tahu apa konsekuensi yang harus diterimanya nanti jika tak memberikan jawabannya kepada Martha. Melihat waktu yang hampir habis, Martha jadi kesal sama Marko. Dengan kasar Martha merampas jawaban dari tangan Marko. Melihat ada jawaban di tangan Martha, para anggota Pinky gank yang sedari tadi pontang-panting cari jawaban dengan gerakan secepat kilat langsung nimbrung di samping Martha.
    “pak..! ada yang ngambil jawaban saya” teriak Marko
    “ siapa itu..!!? Tanya Pak Nugroho ganas.
    “dia tuh, pak!” marko menunjuk ke arah  Martha.
    Pak Nugroho langsung menatap wajah Martha dengan mata terbelalak, mungkin lebih tepatnya melotot. Martha yang mendapat tatapan sangar dari guru yang mempunyai julukan “guru pembasmi kecurangan” langsung merasakan kedua lututnya terasa lemas, kepalanya seperti ditimpuk batu besar dan body-nya yang langsing serasa di himpit dua tembok besar yang tidak perduli padanya. .
    “ kalian semua kumpulkan jawaban dan kamu Martha ikut saya. Saya akan memberikan kamu hadiah yang pantas untuk kelakuanmu hari ini, hadiah yang akan membuat kamu menyesal telah melakukan kecurangan dalam pelajaran saya.” Ujar pak Nugroho berat.
    Siswa yang lain merasa merinding mendengar kata-kata pak Nugroho. Mereka tahu benar apa yang akan terjadi pada siswa yang ketahuan berbuat curang dalam menjawab soal yang beliau  berikan. Berbagai komentarpun langsung berhamburan keluar untuk kejadian hari ini. Tapi yang jelas kejadian hari ini sangat membuat Marko puas. Ia sangat bahagia. Benar-benar bahagia karena telah membalas sakit hatinya. Membebaskannnya dari rasa sedih yang terus menjeratnya beberapa hari ini. Perasaan lain yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kebahagiaan besar yang menghujaninya seperti tetesan air yang menyejukkan. Semua yang diimpikan serasa sudah didapatkannya. Kedamaian, kebahagian dan yang paling utama kemenangan.
     Marko yang asyik dengan lamunannya tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah tangan yang menepuk pundaknya dari belakang. Lala dan anggota pinky gank yang lainnya langsung menyeretnya ke pojokan kelas. Beberapa siswa lain yang masih di dalam kelas terkejut melihat aksi mereka menyeret marko.
    “ berani sekali kamu lakukan ini pada Martha, apa tadi pagi kamu salah minum obat..!!!” teriak Lala
    “ Marko…Marko….apa kamu sudah gila. Mempermalukan Martha sama saja seperti kamu  menciptakan awan tebal dan pekat dalam hatinya. Itu berarti kamu cari mati” Rasti tak ketinggalan ikut berkomentar.
    “ ayo teman-teman..kita pergi saja. berikan ia waktu untuk mengurus surat wasiat untuk keluarganya hari ini karena besok Martha akan membuatnya bungkam untuk selama-lamanya.” Komentar Lala tak mau kalah.
    Merekapun berlalu meninggalkan Marko yang mematung sendirian. Kebahagiaan yang memenuhi relung hatinya tiba-tiba berganti dengan kecemasan yang amat sangat. Marko menyesal karena telah mengikuti emosi sesaat. Sekarang otaknya dipenuhi dengan kekhawatiran yang akan terjadi padanya besok.
    “ Kenapa aku tidak memaafkan meraka saja? kenapa..? kenapa aku tidak memikirkan orang tua yang telah susah payah membiayaiku? Benar kata guru ngajiku, memaafkan akan membebaskan diri kita dari penderitaan berkepanjangan. Dengan memaafkan berarti menutup ruang yang akan dimasuki rasa benci. Ah, apa gunanya sekarang, nasi telah menjadi bubur dan aku harus menerima konsekuensi yang terjadi nantinya. Aku ini laki-laki. Jadi, aku harus bisa menghadapi semua ini. Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat. Ya, aku harus kuat.” Hati marko bergumam.
    Saat pulang sekolah. Di depan pintu rumahnya, Marko menemukan sekotak cokelat dengan pita merah. Sebuah kartu merah muda terselip disana. Perlahan Marko membuka kartu merah tersebut dan membacanya.
       
    Marko…terima kasih untuk hadiah hari ini. Sebagai balasannya kukirimkan sekotak cokelat untukmu. Tapi, hati-hati ya, diantara coklat itu ada yang mengandung sianida. Sebenarnya masih banyak yang ingin kuberikan padamu tapi untuk hari ini cukup. Sampai ketemu besok tentunya dengan hadiah yang lain lagi.
                Martha
       
    Marko meremas-remas kartu ucapan yang telah dibacanya dan langsung membuang kotak cokelat  yang ada di depan pintu. Ia masuk ke rumah dengan hati yang penuh dengan kecemasan. Ya, kecemasan tentang apa yang akan terjadi padanya besok.
            . . .
    Marko terkejut ketika Martha, cewek berkulit putih itu tiba-tiba menghampirinya saat pulang sekolah sembari menghamburkan sejumlah ancaman.
    Belum sempat Marko menanggapi ancaman dari Martha tiba-tiba kedua tangannya di pegang dengan sangat kasar oleh anggota Pinky gank. Mereka membawa Marko ke halaman parkir kendaraan para guru. Tampak sebuah sedan merah langsung berhenti tepat di depan marko begitu ia sampai disana. Terlihat seseorang  keluar dari mobil keren itu. Orang yang keluarpun tak kalah keren dengan mobilnya. Dialah Kale. Pacar Martha yang umurnya 10 tahun lebih tua dari Martha. Dia selalu tampil keren disetiap kedatangannya, mungkin untuk menyeimbangi penampilan ceweknya yang muda belia. Kali ini ia memakai kaca mata hitam yang membuat dirinya mirip Tom Cruise versi tukang pijit keliling.
    “sayang, apa si culun ini yang membuat kamu dihukum kemarin?”  Tanya kale sambil memperhatikan Marko dari ujung kaki sampai ujung kepala.
    “ya sayang” jawab Martha cepat.
    “ hey culun, katakan apa pesan terakhirmu” ujar Kale dingin.
    “ aaa..pa…yang kau katakan?” Tanya Marko gagap.
    “ oh iya.. kamu mau mampus dengan cara apa?”
    “ apa maksudmu?”
    “”ini maksudku” Plakk….tiba-tiba  tamparan Kale dengan  sangat sadis mendarat di pipi Marko. Membuat pipi yang tadinya putih pucat  langsung berubah menjadi merah merona, lebih tepatnya merah padam . Marko mencoba membalas tapi dengan cepat kale menangkis tangan Marko dan kembali menghujani wajah Marko dengan pukulan khas seorang karateka.
    “aduuuh!! Apa-apaan ini?”
    “ hmmm..ini hadiah untuk orang yang coba-coba ganggu Martha.” Dengus Kale sinis
    Seperti mendapat kekuatan baru, Marko bangkit dan langsung mencengkeram kerah baju Kale kuat-kuat. Dengan kekuatan baru yang ia miliki ia mengeluarkan isi hati yang tak bisa disimpan lagi, mengeluarkan sumpah serapah yang tak pernah ia ucapkan sebelumnya.
    “ ingat baik-baik, kalian akan merasakan kesakitan seperti yang aku rasakan saat ini. Tuhan pasti akan membalas kalian dan kamu Martha, setelah apa yang kamu lakukan padaku. Aku berharap hidupmu menderita, dicampakkan orang yang sangat kamu sayangi dan akan jatuh cinta pada laki-laki hidung belang yang akan membuat hidupmu seperti di neraka.”
    “hentikan omong-kosongmu” bentak Kale sambil mengibaskan tangan marko yang sedari tadi mencengkeram kerah bajunya
    “ sayang, kamu tenang saja, tak perlu memikirkan apa yang ia katakan, lebih baik kita pulang sekarang, kamu kan ada janji sama orang tuamu.”
    Kalepun langsung masuk ke mobilnya diikuti Martha. Sedan mewah itu menderu pelan, lalu berjalan pelan meninggalkan asap kenalpotnya yang menyembur ke wajah Marko.
            . . .
    Martha berjalan gontai di dalam rumahnya. Terlihat bik Leha sedang membersihkan ruang tamu.
    “ mama mana bik?”
    “ di dapur non”
    “ngapain mama di dapur?”
    “ nyonya bilang mau buat makanan special non, bibik disuruh bersih-bersih saja.”
    Untuk menjawab rasa penasarannya. Martha bergegas ke dapur untuk melihat apa yang dipersiapkan mamanya. Tapi, belum sempat ia masuk, langkahnya tertahan ketika mendengar percakapan orang tuanya. Tampak papanya sedang berdiri di belakang mamanya yang sedang sibuk mempersiapkan buah yang tadi dibelinya.
    “ma, apa sebaiknya kita beritahu Martha kenyataan yang sebenarnya.”
    “ jangan pa, belum saatnya.”
    “terus kapan waktunya ma? Ia sudah besar. Ia pasti bisa menerima semua ini”
    “mama belum siap menerima kemungkinan yang akan terjadi. Sungguh pa, mama sayang Martha seperti mama menyayangi anak kandung mama sendiri.”
    “ ya sudah.” Jawab papa pasrah
    Mendengar apa yang dikatakan orang tuanya Martha tak bisa menahan kesedihannya. Air matanya terus mengalir memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti. Iapun berlari keluar meninggalkan rumah. Di dalam taxi yang membawanya. Iapun tak bisa menghentikan air mata yang terus membasahi pipinya. Taxi berjalan perlahan  mendekati daerah rumah Kale.
    “pelan sedikit pak, rumahnya sudah dekat…” Martha tak sanggup meneruskan kata-katanya lagi. Ia dengan terpana melihat kale keluar dari rumahnya sembari menggandeng mesra seorang wanita yang hamil besar di sampingnya berdiri seorang anak laki-laki umur empat tahun yang terus memanggilnya papa. Martha menutup matanya dengan perih ketika dilihatnya Kale, laki-laki yang sangat dicintainya itu mengecup mesra perut wanita hamil tersebut.
    “turun dimana non?” Tanya si supir taxi
Tak ada jawaban. Si supir membalikkan kepalanya dan betapa terkejutnya begitu melihat wajah Martha yang pucat pasi.
    “ nona, baik-baik saja?” Martha memaksakan dirinya berbicara.
    “stop pak, saya turun disini saja.” taxipun berhenti dan pergi meluncur meninggalkan Martha yang terus menyeka air matanya.
    Hari semakin sore, awan kuning telah berarak mengirigi mentari senja. beberapa burung dengan berbagai warna terlihat kompak terbang menuju sarangnya, tak terlihat sedikitpun rasa lelah meski seharian terbang mencari makanan. Martha mematung di atas jembatan. Memandang hampa alam semesta yang memaksanya memikirkan semua hal   yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Hati yang biasanya selalu bisa memberikan ketenangan kini telah diisi dengan seribu tanda Tanya.
    “ kenapa semua ini harus terjadi padaku? Kenapa mereka bukan orang tua kandungku? Kenapa Kale harus menghianatiku? Kenapa Tuhan ….? Kenapa….? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apaaaa…?”  Hatinya berhenti berkeluh kesah ketika ingatannya tertuju pada kejadian di parkir sekolah siang tadi, teringat akan wajah Marko yang merah menyala karena kemarahan yang ia rasakan, tak terkecuali kata-kata Marko yang mengutuknya dengan rasa benci yang tak bisa ia tahan lagi
    “mungkinkah apa yang dikatakan Marko akan menjadi kenyataan? Apakah ini sebuah kutukan? Apakah…? Martha tak bisa melanjutkan teka-teki yang terus membuatnya bertanya-tanya. Dadanya terasa sesak, matanya yang sembab karena menangis dari tadi terasa begitu perih. Hatinya kalut, Ia tak bisa berpikir apa-apa lagi hanya bisa berteriak sangat keras sambil membayangkan wajah Marko
    “ Marko….awas kau…… !!!”
Enter your email address to get update from pbsi.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger