By: Syaidatul Fitria Malini
Di sini awal napasku
Sedikit tersendat dalam kerongkongan
Saat itu aku bersama ribuan saudara
Berebut mencari nyawa
Yang ingin bersua dengan dunia
Kekuatanku untuk menemukan awal nadiku berdetak
Ternyata tuhan memilihku
Menjadikanku sebongkah daging
Dalam ruang gelap dan pengap
9 bulan 10 hari aku mendiami rahim itu
Aku lebih senang meminum darah
Dan Memakan gumpalan daging
Sampai ibu memilihku keluar dari rahimnya
Saat itu pula ia kesakitan dalam kabut meredam rindu pada makhluk titipan tuhan
Sakit yang akan mendekati mati
Aku memberontak
Menendang, memukul rahim itu
Aku memanggil ibu lewat ceceran darah
Jangan sampai kau menangis atasku
Sebab terlalu sulit aku memaknai air matamu
Dengan sedikit senyumnya yang sakit
Aku memilih keluar dan berhenti mendiami rahim itu
Seketika itu pula ibu menutup mata perlahan
Setelah memandang wajah yang dipilih tuhan
Aku memanggil ibu dengan nafas pertama yang ku hembus
Tapi, ia hanya diam
Apakah ia tidak menghendaki kedatanganku
Sampai ia tak menyapaku dalam kekakuan tubuhnya
Kelam memang
Gadis yang menyusuiku dengan darah dan air mata
Kini ia memilih tenggelam dalam lautan lumpur
Setelah tuhan menitipkanku padanya
Aku berfikir saat itu
Meskipun darah masih melumuri tubuhku
Apakah ia pergi mengitari nadi-nadi syurga
Membaca makna degup jantung tuhan yang memilihku keluar dari rahim itu
Aku memanggil ibu untuk terakhir kali dengan tangis pertamaku
Ketika ia ditutupi kain putih
Sebab ia memilih syurga
Sebagai tempat melihat kedewasaanku di masa depan
Di sini awal napasku
Sedikit tersendat dalam kerongkongan
Saat itu aku bersama ribuan saudara
Berebut mencari nyawa
Yang ingin bersua dengan dunia
Kekuatanku untuk menemukan awal nadiku berdetak
Ternyata tuhan memilihku
Menjadikanku sebongkah daging
Dalam ruang gelap dan pengap
9 bulan 10 hari aku mendiami rahim itu
Aku lebih senang meminum darah
Dan Memakan gumpalan daging
Sampai ibu memilihku keluar dari rahimnya
Saat itu pula ia kesakitan dalam kabut meredam rindu pada makhluk titipan tuhan
Sakit yang akan mendekati mati
Aku memberontak
Menendang, memukul rahim itu
Aku memanggil ibu lewat ceceran darah
Jangan sampai kau menangis atasku
Sebab terlalu sulit aku memaknai air matamu
Dengan sedikit senyumnya yang sakit
Aku memilih keluar dan berhenti mendiami rahim itu
Seketika itu pula ibu menutup mata perlahan
Setelah memandang wajah yang dipilih tuhan
Aku memanggil ibu dengan nafas pertama yang ku hembus
Tapi, ia hanya diam
Apakah ia tidak menghendaki kedatanganku
Sampai ia tak menyapaku dalam kekakuan tubuhnya
Kelam memang
Gadis yang menyusuiku dengan darah dan air mata
Kini ia memilih tenggelam dalam lautan lumpur
Setelah tuhan menitipkanku padanya
Aku berfikir saat itu
Meskipun darah masih melumuri tubuhku
Apakah ia pergi mengitari nadi-nadi syurga
Membaca makna degup jantung tuhan yang memilihku keluar dari rahim itu
Aku memanggil ibu untuk terakhir kali dengan tangis pertamaku
Ketika ia ditutupi kain putih
Sebab ia memilih syurga
Sebagai tempat melihat kedewasaanku di masa depan